RSS
email

Penjiplakan, Puncak Gunung Es

"berapa IPK nya?". pertanyaan seperti itu yang sering ditanyakan kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi. Kalau kia pernah membaca iklan lowongan pekerjaan, biasanya di iklan tersebut tercantum IPK minimal 3.25. IPK menjadi tolak ukur dari intelligence seorang lulusan universitas. Saya kan menceritakan 2 kisah nyata, cerita pertama berasal dari paman saya. paman saya adalah lulusan SMEA yang telah bekerja disalah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, dia pernah bilang ke saya seperti ini "dek kamu tau ga, tadi ada 10 pegawai baru yang lagi training. Om bingung deh mereka semua S1 tapi pas disuruh bikin laporan keuangan bulanan dan neraca keuangan semua pada salah. Malu-maluin deh kalah sama om yang cuma lulusan SMEA. kisah yang kedua berasal dari teman kantor ayah saya. Teman ayah saya ini cuma lulusan STM tapi dia mahir sekali dalam membuat program, saya saja minder karena saya kuliah di jurusan IT tapi tidak semahir beliau. Beliau dipercaya menjadi tenaga ahli untuk melakukan training terhadap pegawai jika perusahaan menggunakan aplikasi baru.Jika dilihat dari dua kisah nyata ini, pernyataan seperti "IPK DIA 3.5 PASTINYA DIA PINTAR" menjadi tidak berlaku.Seperti contoh kasus yang diangkat di Kompas,Jumat,19 Pebruari 2010 kejujuran semakin memudar,para mahasiswa dan dosen yang sedang menyelesaikan tugas skripsi, banyak diantara mereka yang melakukan pinjiplakan. perbuatan mereka telah mencoreng martabat pendidkan di Indonesia dan membuat pandangan dunia tenang lulusan dari Indonesia tidak bermutu. Mengapa ini terjadi?mungkinkah dunia pendidikan di Indonesia harus selalu kalah dari negara tetangga. Cobalah tanamkan prinsip "AKU BANGGA TERHADAP HASIL KARYAKU WALAUPUN KURANG SEMPURNA". Kenapa harus menjiplak?apakah akal pikiran yang kasih tuhan kurang cukup?atau memang dasar manusianya saja yang tidak mau berusaha. Jika seperti ini bisa disimpulkan YANG DICARI HANYA GELAR SAJA, BUKAN ILMUNYA.

Bookmark and Share

0 komentar:

0 comments

Penjiplakan, Puncak Gunung Es

Published on Jumat, 26 Februari 2010 in

"berapa IPK nya?". pertanyaan seperti itu yang sering ditanyakan kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi. Kalau kia pernah membaca iklan lowongan pekerjaan, biasanya di iklan tersebut tercantum IPK minimal 3.25. IPK menjadi tolak ukur dari intelligence seorang lulusan universitas. Saya kan menceritakan 2 kisah nyata, cerita pertama berasal dari paman saya. paman saya adalah lulusan SMEA yang telah bekerja disalah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, dia pernah bilang ke saya seperti ini "dek kamu tau ga, tadi ada 10 pegawai baru yang lagi training. Om bingung deh mereka semua S1 tapi pas disuruh bikin laporan keuangan bulanan dan neraca keuangan semua pada salah. Malu-maluin deh kalah sama om yang cuma lulusan SMEA. kisah yang kedua berasal dari teman kantor ayah saya. Teman ayah saya ini cuma lulusan STM tapi dia mahir sekali dalam membuat program, saya saja minder karena saya kuliah di jurusan IT tapi tidak semahir beliau. Beliau dipercaya menjadi tenaga ahli untuk melakukan training terhadap pegawai jika perusahaan menggunakan aplikasi baru.Jika dilihat dari dua kisah nyata ini, pernyataan seperti "IPK DIA 3.5 PASTINYA DIA PINTAR" menjadi tidak berlaku.Seperti contoh kasus yang diangkat di Kompas,Jumat,19 Pebruari 2010 kejujuran semakin memudar,para mahasiswa dan dosen yang sedang menyelesaikan tugas skripsi, banyak diantara mereka yang melakukan pinjiplakan. perbuatan mereka telah mencoreng martabat pendidkan di Indonesia dan membuat pandangan dunia tenang lulusan dari Indonesia tidak bermutu. Mengapa ini terjadi?mungkinkah dunia pendidikan di Indonesia harus selalu kalah dari negara tetangga. Cobalah tanamkan prinsip "AKU BANGGA TERHADAP HASIL KARYAKU WALAUPUN KURANG SEMPURNA". Kenapa harus menjiplak?apakah akal pikiran yang kasih tuhan kurang cukup?atau memang dasar manusianya saja yang tidak mau berusaha. Jika seperti ini bisa disimpulkan YANG DICARI HANYA GELAR SAJA, BUKAN ILMUNYA.

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Penjiplakan, Puncak Gunung Es"

 
offsetWidth); }